Website adalah bagian penting dari bisnis. Selain untuk menjangkau lebih banyak prospek, sebuah situs yang profesional juga berguna untuk menunjukkan identitas dan kredibilitas bisnis. Itulah mengapa penting untuk terus melakukan optimasi agar performa website maksimal. Dari sekian jenis pengukuran, salah satu metrik yang wajib Anda perhatikan adalah bounce rate.
Bounce rate merupakan istilah umum dalam pembahasan optimasi website. Perhitungan ini esensial karena akan membantu mengukur dan mengevaluasi kinerja sebuah halaman maupun situs secara keseluruhan. Hal tersebut tentu akan berhubungan langsung dengan strategi digital marketing Anda, termasuk soal hasil konversi nanti. Jika belum memahaminya, mari lanjut simak untuk mengetahui apa itu bounce rate dan dampaknya, cara menghitungnya, serta tips menurunkan nilainya agar bisnis optimal.
Apa Itu Bounce Rate?
Bounce rate adalah presentase orang yang berkunjung ke sebuah halaman website lalu keluar begitu saja. Mereka meninggalkan website sebelum melakukan interaksi apa pun seperti melakukan klik, meninggalkan komentar, ataupun beralih ke halaman lain di website. Bounce rate dapat menunjukkan kualitas halaman dan situs Anda. Angka yang tinggi menunjukkan strategi yang tidak maksimal.
Menurut
Semrush, bounce rate yang tinggi berada dalam kisaran 56% hingga 70%. Sedangkan menurut
Ahrefs, di atas 60% itu tergolong tinggi. Tingginya angka tersebut berkaitan erat dengan user experience
yang buruk. Berikut faktor-faktornya:
Kualitas konten buruk
Konten yang disajikan sembarangan dan tidak sesuai dengan search intent tentu akan menurunkan user experience. Isi konten yang berbeda dari judul serta format penulisan konten yang buruk, misalnya, akan membuat pengunjung jadi enggan untuk mencari tahu lebih banyak atau melakukan klik lanjutan.
Tampilan tidak menarik
Mempertimbangkan user experience sangatlah penting untuk menjaga pengunjung, membuat mereka terus mengeksplor website. Namun, bayangkan memasuki sebuah halaman lalu disambut dengan tombol navigasi yang ambigu serta berbagai elemen lain yang tampilannya mengganggu. Besar kemungkinan hal tersebut akan membuat pengunjung memilih untuk langsung keluar.
Kecepatan
loading lama
Kecepatan loading juga merupakan bagian penting dari sebuah situs. Ini adalah faktor yang turut menentukan ranking sebuah situs di pencarian karena berhubungan dengan user experience. Loading yang membutuhkan waktu lama adalah faktor teknis yang bisa mendorong pengunjung untuk langsung keluar.
Baca juga: Tanda Bisnis Anda Memerlukan Website Baru
Menghitung Bounce Rate
Menghitung bounce rate bisa dilakukan secara otomatis melalui tools seperti Google Analytic. Namun, Anda juga bisa melakukan perhitungan sendiri. Caranya adalah dengan membagi
single page visit terhadap semua
traffic yang masuk. Misalnya, Jika ada 100 orang yang mengunjungi website dan 50 di antaranya hanya mengunjungi satu halaman, maka nilai bounce ratenya adalah 50%.
Bounce Rate vs. Exit Rate
Ketika membahas bounce rate, istilah lain yang juga sering muncul adalah exit rate. Meski seperti mirip, keduanya tetaplah berbeda. Jika bounce rate menunjukkan pengunjung yang datang lalu pergi tanpa melakukan interaksi, maka exit rate menunjukkan presentase yang terakhir dalam sesi untuk semua tampilan halaman ke halaman. Jadi, ketika seseorang masuk ke halaman 1 lalu lanjut ke halaman berikutnya, dan kemudian keluar, itu akan dianggap sebagai
exit.
Cara Menurunkan Bounce Rate
Setelah mengetahui pengertian bounce rate dan peran pentingnya untuk bisnis, saatnya mempertimbangkan berbagai strategi untuk memperbaikinya. Berikut adalah berbagai tips yang bisa segera Anda implementasikan:
1. Tingkatkan kualitas konten
Pengguna tidak hanya menyukai konten yang relevan sesuai dengan kebutuhan mereka, ada juga faktor readability yang tidak kalah penting agar mereka betah. Konten yang mudah dikonsumsi karena format dan struktur penulisan yang baik akan meningkatkan user experience sehingga membantu menurunkan bounce rate. Misalnya, hindari penggunaan paragraf yang terlalu panjang dan membuat jenuh. Tambahkan gambar yang relevan sebagai jeda. Coba bedah konten ke dalam topik-topik kecil menggunakan subheadings. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan format list atau menandai poin-poin penting agar informasi semakin mudah dibaca.
Baca juga: Content Marketing, Definisi, Manfaat & Cara Melakukannya
2. Perhatikan
search intent
Search intent akan membantu Anda membuat konten yang lebih tepat untuk target audiens. Jenis-jenisnya sendiri bisa dibagi menjadi informational intent yang fokus pada penjelasan sebuah topik, navigational intent yang umumnya spesifik mengarah pada brand tertentu, transactional intent yang digunakan ketika sudah berada di fase pembelian atau transaksi, dan commercial investigation yang biasanya digunakan untuk mendapatkan informasi perbandingan produk. Memahami search intent akan memudahkan Anda untuk menemukan keyword yang tepat sehingga konten makin relevan dengan pencarian dan mudah ditemukan.
3. Tambahkan CTA
Call to action adalah elemen esensial yang berfungsi sebagai arahan mengenai tindakan lanjutan apa yang seharusnya diambil pengunjung. Apakah membeli produk, mendownload ebook, melakukan free trial atau lainnya? CTA adalah kesempatan Anda untuk memotivasi dan menuntun mereka ke dalam tingkatan funnel. Inilah mengapa penting untuk meningkatkan CTA dengan gaya copywriting yang lebih jelas dan menarik.
4. Atur link menjadi "Open in new tab/window"
Link internal maupun eksternal yang dimasukkan ke dalam konten akan membantu pembaca mendapatkan informasi yang berhubungan. Coba bayangkan jika ada setidaknya empat link yang Anda klik. Jika setiap selesai membaca halaman baru tersebut, Anda harus mengklik “back” untuk kembali ke halaman semula, apa yang Anda rasakan? Tidak menyenangkan bukan? Beberapa tautan yang disematkan tersebut perlu diatur ulang dengan menerapkan open in a new tab. User experience yang meningkat akan menurunkan bounce rate.
5. Buat website yang
mobile-friendly
Saat ini makin banyak pengguna yang melakukan pencarian melalui seluler, sebuah alasan yang penting untuk memastikan bahwa tampilan website Anda sudah mobile-friendly atau belum. Website yang mobile-friendly akan meningkatkan lebih banyak traffic sampai konversi. Saat ini, memiliki situs yang responsif ternyata tidak cukup. Perlu fasilitas interaksi versi seluler yang mudah dan nyaman digunakan.
6. Tingkatkan kecepatan website
Menurut Google, lebih dari setengah pengguna internet meninggalkan website jika waktu loading-nya lebih dari 3 detik. Website yang lambat bisa membuat pengunjung segera beralih ke website lain. Mempercepat loading website adalah perkara teknis yang harus segera diperbaiki agar meningkatkan user experience dan mengurangi bounce rate. Untuk mengecek kecepatan situs website Anda saat ini, coba gunakan tools seperti Google PageSpeed Insights.
7. Hindari iklan dan popup berlebihan
Bayangkan jika Anda mengunjungi sebuah website lalu muncul iklan atau top-up yang berlebihan. Apalagi jika Anda kesulitan menemukan tombol "X" atau "close”. Tentu hal tersebut tergolong mengganggu dan membuat Anda tidak nyaman bukan? Jika pada akhirnya Anda harus memasukkan elemen ini, coba perimbangkan jumlahnya dan perbaiki tampilannya.
Nah, sekarang Anda sudah mengetahui apa itu bounce rate dan berbagai strategi untuk mengurangi nilainya. Memperhatikan bagian ini memang penting, tapi akan lebih baik jika Anda fokus pada user experience yang pada akhirnya juga bisa menurunkan bounce rate.
Solusi lainnya, Anda dapat meningkatkan kualitas konten di website Anda dan menerapkan kaidah SEO yang baik agar pengunjung dapat tertarik mengunjungi halaman-halaman lain di website Anda. Jika Anda memerlukan dukungan ahli untuk membantu melakukan audit website Anda, Frontier Digital siap menjadi rekan terpercaya Anda dalam memberikan insight dan rekomendasi terbaik untuk Anda.
All Rights Reserved | Frontier Digital